Pernah dengar 'kepala diurut, kelapa diparut'? Kalimat ini hanyalah satu contoh frase atau kalimat dari banyak contoh frase atau kalimat yang 'kebetulan' memiliki komposisi yang membuat lidah siapapun 'selip' lalu terpeleset saat berusaha menyebutkannya berulang - ulang secara cepat dan terus menerus. Biasanya disebut dengan syair, sajak atau pantun anak, karena diajarkan terutama kepada anak. Contoh kalimat seperti judul di atas, konon berkaitan dengan distorsi pada disambiguasi (proses mengidentifikasi arti kata dalam suatu kalimat) pada kalimat yang berisi kata - kata yang mirip bunyinya.
Pada masyarakat Jawa terdapat 'dlingo bengle' (nama buah) atau 'taplak gupak glepung' (taplak kena tepung). Di Sunda ada 'laleur mapay areuy' (lalat terbang melintas rerumputan) dan di daerah - daerah lain di Indonesia pun pasti ada kalimat atau frase semacam itu. Biasanya kalimat atau sekumpulan frase semacam itu diperkenalkan kepada anak sejak kecil untuk sekedar permainan, bercanda dan sambil melatih lidah.
Anak - anaklah yang tak malu untuk terus mencoba permainan ini, walau teman - teman yang mendengarnya tertawa mendengar kata demi kata diucapkan dengan belepotan' saling tertukar dengan lucunya. Walau ternyata bukan hanya dominasi masyarakat di Indonesia, dalam masyarakat berbudaya tutur Bahasa Inggrispun ada kalimat pembuat keseleo lidah seperti contoh - contoh di atas. Bahkan dijadikan sebuah pantun yang terkenal, yang berbunyi:
Peter Piper picked a peck of pickled peppers,
A peck of pickled peppers Peter Piper picked,
If Peter Piper picked a peck of pickled peppers,
Where's the peck of pickled peppers Peter Piper picked?
Sajak 'kesrimpet' lidah semacam contoh - contoh di atas, setidaknya menunjukkan satu hal kepada kita semua. Bahwa manusia, siapapun dia pasti memiliki batasannya sendiri - sendiri dan kekurangan yang bersifat manusiawi. Terutama batasan saat berolah kata dan bersilat lidah. Justru karena lidah tak bertulang, maka bisa saja di saat - saat tertentu ia selip, terpeleset dan keseleo juga akhirnya. Demikian mungkin yang ingin ditunjukkan dari keberadaan kata - kata atau kalimat 'penjegal' lidah.
Lebih jauh lagi, dan jika dikaitkan dengan momentum pengendalian diri di bulan Ramadhan, ada pesan mendalam yang bisa didapatkan dari uraian di atas. Mulut dan lidah sepatutnya memang dijaga saat berkata - kata. Dengan segala keterbatasan manusia, bisa saja apa yang telah diucapkan membuat yang lain menertawakannya. Namun bukan hanya tawa yang bisa diakibatkan oleh terucapkannya kata - kata dari mulut, melainkan kekecewaan, kesedihan, sakit hati bahkan perasaan terhina.
Oleh karena itu latihlah lidah dengan kata dan kalimat 'penjegal lidah' sebanyak - banyaknya. Latih dan perdengarkan kepada teman - teman anda karena akan membuat mereka terhibur dan tertawa. Setelah itu jagalah mulut sebaik - baiknya saat berkata - kata, karena salah satu tindakan yang tidak bisa di dibatalkan adalah terucapnya kata dari mulut manusia.
Dan ingatlah bahwa kepala dan kelapa tentulah berbeda, karena kelapa dicukur jadi botak, kalo kepala dicukur jadi batok .. eh salah ya?
Selamat berpuasa sambil mengurut kelapa.
Sumber : https://www.vemale.com/inspiring/lentera/95256-kelapa-diparut-kepala-diurut-yuk-belajar-mengendalikan-mulut.html
Pada masyarakat Jawa terdapat 'dlingo bengle' (nama buah) atau 'taplak gupak glepung' (taplak kena tepung). Di Sunda ada 'laleur mapay areuy' (lalat terbang melintas rerumputan) dan di daerah - daerah lain di Indonesia pun pasti ada kalimat atau frase semacam itu. Biasanya kalimat atau sekumpulan frase semacam itu diperkenalkan kepada anak sejak kecil untuk sekedar permainan, bercanda dan sambil melatih lidah.
Anak - anaklah yang tak malu untuk terus mencoba permainan ini, walau teman - teman yang mendengarnya tertawa mendengar kata demi kata diucapkan dengan belepotan' saling tertukar dengan lucunya. Walau ternyata bukan hanya dominasi masyarakat di Indonesia, dalam masyarakat berbudaya tutur Bahasa Inggrispun ada kalimat pembuat keseleo lidah seperti contoh - contoh di atas. Bahkan dijadikan sebuah pantun yang terkenal, yang berbunyi:
Peter Piper picked a peck of pickled peppers,
A peck of pickled peppers Peter Piper picked,
If Peter Piper picked a peck of pickled peppers,
Where's the peck of pickled peppers Peter Piper picked?
Sajak 'kesrimpet' lidah semacam contoh - contoh di atas, setidaknya menunjukkan satu hal kepada kita semua. Bahwa manusia, siapapun dia pasti memiliki batasannya sendiri - sendiri dan kekurangan yang bersifat manusiawi. Terutama batasan saat berolah kata dan bersilat lidah. Justru karena lidah tak bertulang, maka bisa saja di saat - saat tertentu ia selip, terpeleset dan keseleo juga akhirnya. Demikian mungkin yang ingin ditunjukkan dari keberadaan kata - kata atau kalimat 'penjegal' lidah.
Lebih jauh lagi, dan jika dikaitkan dengan momentum pengendalian diri di bulan Ramadhan, ada pesan mendalam yang bisa didapatkan dari uraian di atas. Mulut dan lidah sepatutnya memang dijaga saat berkata - kata. Dengan segala keterbatasan manusia, bisa saja apa yang telah diucapkan membuat yang lain menertawakannya. Namun bukan hanya tawa yang bisa diakibatkan oleh terucapkannya kata - kata dari mulut, melainkan kekecewaan, kesedihan, sakit hati bahkan perasaan terhina.
Oleh karena itu latihlah lidah dengan kata dan kalimat 'penjegal lidah' sebanyak - banyaknya. Latih dan perdengarkan kepada teman - teman anda karena akan membuat mereka terhibur dan tertawa. Setelah itu jagalah mulut sebaik - baiknya saat berkata - kata, karena salah satu tindakan yang tidak bisa di dibatalkan adalah terucapnya kata dari mulut manusia.
Dan ingatlah bahwa kepala dan kelapa tentulah berbeda, karena kelapa dicukur jadi botak, kalo kepala dicukur jadi batok .. eh salah ya?
Selamat berpuasa sambil mengurut kelapa.
Sumber : https://www.vemale.com/inspiring/lentera/95256-kelapa-diparut-kepala-diurut-yuk-belajar-mengendalikan-mulut.html